Senin, 04 Maret 2013

Hisab Waktu Sholat dan Arah Kiblat

Adakah yang lagi bingung di suatu tempat terus gag tau kapan waktunya sholat ? -_- . Pengen tau gimana caranya menentukan waktu sholat ?
Download aja disini .
Terus gimana nentuin arah kiblatnya ? -_-
gag usah bingung . nih tak kasih yang satu ini .
Matursuwun :)

Rabu, 27 Februari 2013

TBS-ku


Sejarah Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Jagalan 62 Kudus


Pondok Jagalan secara geografis terletak di sebelah timur Menara Kudus, tepatnya di desa Langgardalem Kota Kudus Jawa Tengah. Didirikan sekitar tahun 1920 M. oleh seorang ulama Kudus yang alim, bijaksana dan kharismatik, beliau adalah KH. Muhammad Irsyad. Mbah Irsyad, panggilan akrab beliau, lahir pada tahun 1879 M. di desa (Balung Kendal) Balerejo Dempet Demak. Beliau dikenal sebagai seorang sufi yang saleh dan lihai dalam mengaktualisasikan kitab-kitab salaf.

Masa kecil Mbah Irsyad dihabiskan di kampung halamannya dengan ngaji pada ustadz-ustadz yang ada di kampungnya. Karena saking cintanya pada ilmu agama Mbah Irsyad tidak puas dengan ilmu yang sudah diperoleh, hingga setelah agak besar beliau mondok di berbagai kota, misalnya di Purwodadi, Demak, dan kota – kota lainnya.

Pada tahun 1904, Mbah Irsyad memulai perantauannya ke Makkah untuk pergi haji dan mencari ilmu. Beliau sempat mukim di Makkah kurang lebih 9-10 th. Kedatangan Mbah Irsyad ke Kudus adalah karena Haji Masyhur.

Ketika H. Masyhur pergi haji ke tanah suci di sana beliau bertemu dengan Mbah Irsyad yang pada waktu itu sedang ditimpa oleh penyakit. H. Masyhur meminta kepada Mbah Irsyad supaya Mbah Irsyad mau ikut H. Masyhur pulang ke Kudus dan menjadi kyai di Kudus. Karena H. Masyhur tahu bahwa Mbah Irsyad adalah orang yang ‘alim, pada akhirnya Mbah   Irsyad menyetujui ajakan H. Masyhur pulang ke Kudus walaupun dalam keadaan sakit. Sesampainya di Kudus H. Masyhur menyerahkan Mbah Irsyad kepada Mbah Sumo Masijan yang pada waktu itu terkenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang supranatural. Setelah diobati oleh Mbah Sumo, penyakit Mbah Irsyad sembuh dan akhirnya Mbah Sumo berniat untuk menjodohkan Mbah Irsyad dengan putri Mbah Sumo yang bernama ibu Munijah.

H. Masyhur adalah seorang pengusaha kaya Kudus, ketika mendengar Mbah Irsyad yang berkeinginan untuk kembali ke kampung halamannya, langsung mendatangi rumah di mana Mbah Irsyad tinggal sekaligus meminta beliau agar tetap tinggal di Jagalan,  karena pada waktu itu Jagalan kosong dari kyai. Selang beberapa hari H. Masyhur memberikan tanah wakaf kepada Mbah Irsyad dan anak cucunya. Di tanah itu dibangun sebuah rumah dan pondok yang sangat sederhana. Keadaan fisik pondok yang didirikan oleh Mbah Irsyad ketika itu tidaklah semegah sekarang. Dahulu tembok pondok terbuat dari anyaman kepang, alasnya pun terbuat dari bambu yang disusun berderet-deret, dan bentuknya masih sangat sederhana karena susahnya pendanaan.

Mbah Irsyad adalah sosok Kyai yang terkenal dengan tauhidnya. Sebelum meninggal, Mbah Irsyad sempat menyusun sebuah kitab yang diberi nama Durun Nafis yang sekarang diabadikan menjadi nama cucunya, putra dari bapak H. Mas’ud, kitab itu berisi tentang aplikasi ilmu Nahwu dalam ajaran Tauhid.

Sepeninggal Mbah Irsyad, pondok jagalan diasuh oleh menantu tertuanya yakni Mbah Kyai Rif’an, ayah dari Prof. Dr. KH. Khotibul Umam, salah seorang dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mbah Rif’an adalah seorang Kyai yang terkenal  ahli dalam bidang Astronomi dan Matematika. Periode Mbah Rif’an dalam mengelola pondok Jagalan cukup lama dan itu beliau laksanakan dengan sabar dan bijaksana.

Setelah Mbah Rif’an, pondok Jagalan diasuh oleh salah satu putra Mbah Irsyad, yakni Mbah Kyai Selamet Sholihul Hadi. Beliau merupakan kakak dari Romo KH. M. Ma’ruf Irsyad. Mbah Selamet adalah salah seorang Kyai yang ahli dalam ilmu hikmah (suwuk). Kendati demikian    Mbah Selamet tidak mau menonjolkan dirinya, malah sikap ramah, rendah diri, bijaksana selalu ditonjolkan dan menjadi karakteristik beliau.

Sepeninggal Mbah Selamet, pondok Jagalan diasuh oleh adiknya, yakni putra Mbah Irsyad yang paling kecil, beliau adalah Romo KH. M. Ma’ruf Irsyad. Sebagai  seorang  Kyai pondok yang masih muda di masa Kyai Ma’ruf pondok mengalami banyak perubahan dari segi fisik maupun pendidikan. Kyai Ma’ruf sudah kelihatan keberhasilannya. Hal itu disebabkan karena kedisiplinan beliau yang tinggi. Kyai Ma’ruf adalah seorang Kyai yang tidak pernah mondok di tempat lain kecuali beliau hanya ngaji dengan Kyai-kyai yang hanya di Kudus. Diantaranya guru-guru beliau adalah Mbah KH. Ma’ruf Asnawi (mertua), Mbah KH. Turaikhan Adjuhri, Mbah KH. M. Arwani Amin, Mbah KH. Hambali, Mbah KH. Ma’mun Siroj, Mbah KH. Sirojuddin, dan Mbah KH. Sya’roni Ahmadi yang masih hidup sampai saat ini. Disamping beliau rajin ngaji sama guru-gurunya beliau juga rajin dalam muthola’ah kitab-kitab salaf. Kedisiplinan Mbah Kyai Ma’ruf itu diawali dari masa kecilnya karena pada umur 3 tahun Abahnya sudah meninggal.

Disamping mengaji diberbagai majlis ta’lim kepada para Kyai, Ma’ruf kecil juga pernah mengenyam pendidikan formal. Beliau pertama kali belajar di SD Demangan Kudus , namun Beliau hanya sampai kelas 5 saja. Dikarenakan ingin mendalami ilmu-ilmu agama beliau pindah ke Madrasah Ibtidaiyyah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus yang pada saat itu masih diampu oleh guru-guru favorit beliau. Hingga dilanjutkan ke jenjang Tsanawiyyahnya ( pada waktu itu belum ada jenjang ‘Aliyah ).

Sebagai seorang yatim beliau tetap berjiwa besar dan bercita-cita tinggi dan beliau tidak mudah putus asa. Keberadaan pondok yang dikelola Mbah Kyai Ma’ruf secara fisik awalnya memang sederhana, tapi karena ketekunan beliau dan didukung oleh para alumni pengusaha-pengusaha Kudus akhirnya keberadaan pondok menjadi lebih maju dan lebih baik.
Diusia senjanya, beliau masih tetap eksis dalam mengajar dan berdakwah, bahkan kegiatan beliau malah semakin bertambah padat saja, apalagi di bulan Rajab (syahrullah), dan bulan Sya’ban (syahru Rosulillah). Terpampang jelas di kelender yang biasa dibuat mencatat jadwal pengajiannya terlihat banyak coretan menandakan saking padatnya. Mengingat beliau adalah seorang Ro’is ‘Am PCNU Kabupaten Kudus yang harus setia mengabdikan dirinya untuk umat.

Tahun-tahun terakhir sebelum kewafatannya beliau sering mengutarakan di berbagai kesempatan bahwa umur beliau sudah melebihi standar umur umat Nabi Muhammad. Seakan isyarat bahwa  beliau hidup di dunia ini tidak akan lama lagi, mengingat para pendahulu beliau yang berumur dibawahnya, Mbah KH. M. Irsyad 63 tahun, Mbah KH. Rif’an 63 tahun, KH. Mas’ud 57 tahun, KH. Selamet  Solichul Hadi.  Beliau semua umurnya kurang dari 60 tahun, sedangkan umur Mbah Kyai Ma’ruf sendiri sudah lebih dari 70 tahun.

Masih teringat jelas pada waktu malam Rabu kliwon, 9 Sya’ban 1431 H, bertepatan dengan 20 Juli 2010 M. Merupakan acara puncak Haul Mbah Irsyad yang ke 70. Pada malam itu Romo Kiai Ma’ruf Irsyad terlihat bugar dan sehat, hanya kelihatan aneh gelagatnya. Seperti biasanya beliau sendiri yang memimpin acara Haul tersebut. Dan masih sempat memberikan mauidlohnya. Diantaranya adalah “ jagalah shalatmu, Allah akan mencukupimu.”

Keesokan harinya setelah menunaikan shalat dzuhur berjama’ah bersama para santri, beliau merasakan sakit nyeri. Kemudian beliau dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudus, dan masuk ke ruang ICU. Tak disangka-sangka keesokan harinya, Kamis kliwon 22 Juli 2010 atau bertepatan dengan 10 Sya’ban 1431 H. Pada pukul 10.45 WIB. Beliau kembali ke hadirat Illahi robbi dengan wajah yang berbinar-binar. Dalam usia 73 tahun menurut perhitungan Hijriyyah, atau 71 tahun  dalam hitungan Miladiyyah.

Sepeninggal Mbah KH. M. Ma’ruf Irsyad, pondok Jagalan dipimpin oleh salah seorang menantu beliau, yakni Romo KH. Em. Masyfu’ie hingga sekarang.



Profil Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Jagalan 62 Kudus

PROFIL



Nama Pon-Pes       : Raudlatul Muta’allimin
Pendiri                    : KH. Muhammad Irsyad
Pengasuh               :
  • KH. Muhammad Irsyad (Alm)
  • KH. Rif'an Jauhari (Alm)
  • KH. Selamet Sholihul Hadi (Alm)
  • KH. Muhammad Ma'ruf Irsyad (Alm)
  • KH. Muhammad Masyfu'i
Dukuh                     : Jagalan 62
Desa                       : Langgardalem
Kecamatan             : Kota
Kabupaten              : Kudus, Jawa Tengah
Telp.                        : (0291) 431023

PENDAHULUAN
Di Kabupaten Kudus banyak berdiri Pondok-Pondok Pesantren, baik pondok tahfidz maupun pondok salafiyyah dan salah satunya adalah  Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin. Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin adalah termasuk ponpes tertua di Kabupaten Kudus karena telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda, yakni kurang lebih pada tahun 1920 M.
Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin didirikan oleh Romo KH. Muhammad Irsyad. Ponpes Raudlatul Muta’allimin juga dikenal dengan nama Pondok Jagalan karena bertempat di dukuh Jagalan NO. 62 desa Langgardalem Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.Ponpes Raudlatul Muta’allimin berkembang cukup pesat sejak pondok tersebut diasuh oleh yakni Romo KH. Muhammad Ma’ruf Irsyad.Sepeninggal Romo KH. M. Ma’ruf Irsyad dua tahun yang lalu, Ponpes Raudlatul Muta’allimin diasuh oleh salah seorang menantu beliau, yakni Romo KH. Muhammad Masyfu’i hingga sekarang.

SISTEM PENDIDIKAN
Kegiatan di Pon-pes Roudlotul Muta’allimin setiap hari selalu diisi dengan nuansa Islami, seperti mengaji Al-Qur’an ataupun mengaji kitab-kitab Salaf. Diantara kitab-kitab salaf yang di ajarkan adalah: Kifayatul Adzkiya’, Riya Dhussholihin, kitab Tafsir Al-Jalalain, kitab hadits; Al- jami’ Al-Shoghir, Bukhori Ikhya’, kitab fiqih; Fath Al-Mu’in, Fath Al-Qorib Al-Mujib, Khasifathus Shaja, Kifayatul Akhyar, Minhajut Tnolibin dan Al-Iqna’, kitab tashawwuf Irsyad Al-Ibad dan Nasho’ih Al-Ibad, Risalatul Mu’awanah, Dalilut Tholibin, Qomi’ut Thughyan, kitab nahwu; Al-Jurumiyyah, Al-umrithi, Al-Mutammimah, Alfiyah Ibn- Malik dan Syarh Ibn Aqil Ala Alfiyah Ibn Malik, kitab shorf; Al-Amtsilah Al- Tashrifiyyah, Nadhm Al- Maqshud, kitab tajwid; Hidayah Al-Mustafid dan Al-Jazariyyah.

IKRAR KEWAJIBAN SANTRI
  1. Bertaqwa kepada Allah SWT serta menaati tata tertib Pondok Pesantren.
  2. Sanggup meneruskan perjuangan ‘Alim Ulama’ serta mengamalkan ilmu-ilmu yang diperoleh di Pondok Pesantren.
  3. Menjaga nama baik Pondok Pesantren di luar maupun di lingkungan Pondok Pesantren.